oleh Ucok Kharuddin
Bamboo Spirit Nusantara
23 Juni 2016
Kekinian 21 Juni 2016
ONGGOK BATU PENUH MISTERI
MEMILIKI DAYA TARIK BERSINERGI
TAK SEORANGPUN YANG TAK INGIN
PERGI
MERANCANG GAGASAN DIDALAM HATI
KERAMAIAN TERJADI KEHIDUPAN
BERGAIRAH
GELIAT EKONOMI MEMBAWA BERKAH
SIAPA YANG TERPILIH MENDAPAT
RAHMAH
JANGANLAH MENGUMBAR SIFAT SERAKAH
CUKUPLAH CUKUP SAMPAI DISINI
TINGGALKAN TEMPAT JAUHLAH PERGI
SUNGGUH ENGKAU BUKANLAH YANG
MEWARISI
RUANG DAN TEMPAT BUKTI HAKIKI
JANGAN PAKSA KAMI UNTUK MELAMPAUI
BATAS
KARENA LEGALITAS BUKAN DIATAS
KERTAS
LETAKKAN SESUATU PADA YANG PANTAS
AGAR SEMUA KITA DAPAT TERBEBAS
Hari ini Senin Pon, dalam rangkaian hari suci Soma Ribek. Pada hari ini orang Bali biasanya pantang melakukan pekerjaan menumbuk padi. Seluruh rangkaian pemujaan ditujukan untu memuliakan Bhatari Tri Amreta. Lontar2 Bali menuliskannya dgn Srimerti, berkaitan dengan pemujaan dewi padi. Di Tenganan, di sebuah pura bernama Pura Gaguh, di situ dipuja Dewi Merta, yg intinya mungkin sama untuk pemuliaan Sri atau Dewi Padi. Saat Soma Ribek, menurut catatan Van der Tuuk, pemujaan dilakukan mengarah ke barat..dengan harapan tercapai segala usaha baik. Dan sekali lagi inilah Senin yg Penuh.
BalasHapusBesok, Selasa Wage, Wuku Sinta. Orang Bali merayakannya sebagai Hari Suci Sabuh Mas. Devosi untuk bersyukur atas kesejahteraan yang melimpah. Kata Sa-Bhuh Mas, dimaknai secara imajinatif; sebagai Bumi [bhuh] dipenuhi emas. Atau dalam tafsir-tafsir tradisi dimaknai sebagai: "ujan emas" [sabeh mas], bumi tengah diberkahi, dihujani emas, simbol kesejahteraan puncak.
BalasHapusKata emas bagi orang Bali tidak melulu merujuk pada logam mulia. Kata emas dalam makna lebih luas, lebih dalam, tak jua berarti keberlimpahan, kesejahteraan materi yang penuh. Namun juga berarti, kesadaran penuh, kesadaran puncak atas berkah hidup menjadi manusia. Di situ, kata emas berkaitan juga dengan pemuliaan hidup. Intinya, menurut para tetua, hanya orang yang bisa memuliakan hidup [kapujaning tuwuh] itulah dianggap menemukan kesadaran puncak, kesadaran emas.
Orang Bali tidak diajarkan membuang keburukan sebagai keburukan. Simak saja saa Jro Mangku [Juru sapuh] saat menyapu di halaman pura. Begini saa itu saya dengar, "Ratu pakulun Bhatara Sasuhunan, mapidaweg sane mangkin titiang jagi nyumput paswecan Bhatara, titiang mupulang mas-pirak Bhatara." Begitulah orang Bali memberlakukan sampah sebagai emas.
Cuma segitu yang saya tahu, saya pun belum bisa melaksanakan dengan baik. Selamat melakukan pemujaan Sa-Bhuh-Mas. Rahayu